Iklim Sekolah Inklusif, Peduli Kesehatan Psikis dan Mental

May 17, 2024.
- by Redaksi

BAN-PDM, JAKARTA - Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (BAN-PDM) melaksanakan rangkaian Pelatihan Calom Pelatih Asesor (PCPA) tahun 2024. Pelatihan ini digelar secara hybrid, yakni dengan pembelajaran asinkronus yang diakses melalui LMS dan pertemuan sinkronus via Zoom Meeting. PCPA 2024 digelar secara daring mulai 3-15 Juni 2024 dan agenda pertemuan luring pada 20-23 Juni 2024. 

Dalam kegiatan yang diikuti 514 peserta dari unsur asesor dan anggota BAN-PDM Provinsi tersebut, para peserta mendiskusikan mengenai pentingnya menciptakan iklim sekolah yang positif. Iklim positif di sekolah, antara lain bersifat inklusif dan memperhatikan kesehatan psikis dan mental warga sekolah.

Anggota BAN-PDM, Abdul Malik, menyampaikan bahwa iklim inklusif dan sikap terhadap inklusivitas di sekolah dapat dilihat sikap dan kepedulian warga sekolah. "Kepedulian dalam merespons itu akan menggambarkan bagaimana sikap terhadap inklusiveness," ujarnya kepada peserta PCPA 2024.

Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa dalam lingkungan yang homogen, sikap menghargai keberagaman bisa dilihat dari bagaimana mereka menghargai perbedaan pendapat. "Kemampuan untuk menghargai sudut pandang masing-masing, di lingkungan yang homogen itu menunjukkan sejauh mana menghargai keberagaman," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dien Nurmarina Malik Fadjar yang juga hadir sebagai narasumber menjelaskan bahwa sekolah yang memperhatikan kesehatan fisik warganya dapat dilihat dari lima hal. Pertama, dapat dilihat dari daftar kehadiran siswa. Kedua, dapat juga dilihat dari aktivitas fisik apa saja yang difasilitasi oleh sekolah, misalnya kegiatan olahraga.

Kemudian, ketersediaan makanan di kantin, kondisi kebersihan lingkungan. "Pengecekan kesehatan berkala, terhubung dengan unit kesehatan atau tidak," ujar Dien.

Sementara mengenai kesehatan mental, Dien menjelaskan hal tersebut berkaitan dengan bagaiman sekolah memperhatikan aspek keamanan, cara berpikir, dan menyelesaikan masalah.

"Kita bisa cek wawancara bersama anak, respons terhadap guru, hubungan sosial positif, tidak ada bullying, jikapun ada bullying harus ada orang dewasa di sekitarnya yang yang berperan memberikan solusi. Kita juga bisa memastikan apakah anak-anak hepi atau tidak di sekolah, guru hepi atau tidak, dan sebagainya," ujarnya.

Selain itu, keberadaan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah juga menjadi bukti sekolah peduli kesehatan mental warga sekolah. "Sekolah yang melayani semua orang dengan baik ketka menciptakan lingkungan sekolah yang positif," ungkap Dien.

Sementara itu, Monika Irayati menjelaskan untuk menciptakan iklim positif, perlu  ketelibatan stakeholder dalam membuat kebijakan. "Bagaimana membuat warga sekolah paham kebijakan tersebut adanya sosialiasai penting," ujarnya.

Dia juga menjelaskan, sekolah perlu melakukan evaluasi berkelanjutan seuai SOP yang berlaku. "Sekolah juga bisa bermitra dengan pihak terkait untuk menciptakan keamanan," ujarnya.

Dalam sesi pelatihan pada Rabu (5/6), peserta yang merupakan asesor dan anggota BAN-PDM Provinsi di seluruh Indonesia ini, diberikan kesempatan mendiskusikan topik seputar Iklim Lingkungan Belajar. Hal ini bertujuan agar para peserta memiliki kesamaan persepsi mengenai topik materi terkait sekolah yang dicita-citakan. 

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, yakni anggota BAN-PDM, Monika Irayati, Saur Panjaitan, Abdul Malik, Dien Nurmarina Malik Fadjar, dan Kapokja PAUD, Irma Yuliantina. Kegiatan dipandu oleh moderator Saur Panjaitan ini kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok di masing-masing breakout room. (redaksi)